Kamis, 16 Januari 2014

RUMAH SOEKARNO-MONUMEN TUGU KEBULATAN TEKAD


ini pada saat saya mengunjungi monumen kebulatan tekad.
ini adalah bagian dalam rumah.
alhamdulillah ngeblog lagi kawan. oke yoo lanjuut langsung saja :) pada tanggal 14 januari 2014 alhamdulillah saya bisa mengunjungi salah satu sejarah terbesar di indonesia yaitu sejarah dimana soekarno diculik ke rengasdengkolok-karawang dan saya dapat mengunjungi monumen tugu kebulatan tekad.
yoo langsung saja ini sejarahnya yg dibicarakan penjaga rumah bersejarah itu:

Rengasdengklok - Pada tanggal 16 agustus 1945 silam, kelompok pemuda menculik Soekarno dan istri beserta anaknya ke Rengasdengklok Karawang, dan menyembunyikannya di sebuah rumah milik warga Tionghoa, bernama Djiauw Kie Siong. Penculikan tersebut adalah usaha dari para pemuda untuk mengamankan Soekarno dari pengaruh Jepang yang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Dirumah itu, selain diamankan, Soekarno juga didesak oleh kaum muda untuk segera memproklamasaikan kemerdekaan Indonesia, tanpa harus menunggu kemerdekaan yang berupa hadiah dari Jepang. Pemuda menganggap kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II adalah momen yang tepat bagi Bangsa Indonesia untuk memerdekakan diri, mengingat kekuatan Jepang yang mulai melemah. Peristiwa perundingan di rumah Djiauw Kie Siong itu kemudian kita sebut dengan peristiwa Rengasdengklok.

Kini, setelah setengah abad bangsa kita merdeka, jejak sejarah tersebut masih bisa dikunjungi. Bedanya, kini rumah bersejarah itu lokasinya dipindahkan, terletak sekitar 100 meter dari Monumen Kebulatan Tekad. Adapun letak rumah yang dulu didiami Soekarno berada didekat monumen kebulatan tekad. Pemindahan ini dilakukan karena lokasi aslinya dahulu terkena luapan lumpur ketika terjadi erosi di Sungai Citarum pada tahun 1957. Pemindahan ini dilakukan atas perintah Soekarno. Karena itu pulalah di lokasi aslinya dulu, kemudian dibangun Monumen Kebulatan Tekad.

Rumah yang sebagian besar bahan bangunannya diambil dari rumah aslinya ini, hingga saat ini diurus oleh cucu Djiauw Kie Siong, dengan desain bangunan tidak jauh berbeda dengan rumah yang dulu. Yang berbeda, sekarang sebagian benda atau perabotan rumah sudah diganti dengan replikanya. Adapun perabotan yang asli, ditempatkan di Museum Sri Baduga di Bandung.

Di rumah ini, kita bisa menemukan benda asli diantaranya cermin, meja, foto, lukisan serta bale-bale yang terletak di depan rumah. Sedangkan, ranjang yang dulunya ditempati Soekarno, kursi diruang tengah yang menjadi tempat berunding sudah dialihkan ke Museum Sri Baduga.

Mengenai rumah warisan kakeknya, dua orang cucu Djiauw Kie Siong menyatakan keprihatinannya pada kondisi rumah yang dikelolanya kedepan. Mereka kesulitan dalam merawat rumah tersebut. Walaupun sebagian besar keasliannya sudah hilang, namun menurut mereka rumah ini tetap memiliki nilai sejarah, apalagi pemindahan rumah tersebut bukan karena disengaja, tapi karena musibah akibat erosi Citarum.

Setiap bulannya alhamdulillah,sekarang pihak keluarga mengaku mendapatkan uang intensif sebesar 650 ribu rupiah dari pemkot, namun mereka menilai uang tersebut tidaklah cukup dengan beban perawatan yang lebih besar. Apalagi, tugas mereka bertambah karena banyak pengunjung yang datang. Mereka harus melayani obrolan dan keperluan dari para pengunjung, salah satunya dengan menyediakan buku tamu bagi para pengunjung. Dari buku tamu yang ada disana, bisa dilihat ternyata para pengunjungnya tersebar dari beberapa kota diluar Karawang, bahkan luar Jawa Barat.
sekian dari saya semoga bermanfaat kawan :) (AJI PERMANA)

0 komentar:

Posting Komentar